Monday 21 September 2015

makalah maternitas (AKI)



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’s, 2010), dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, penurunan angka kematian ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5 persen pertahun (antaranews, 2007).
Perdarahan bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s tersebut.
Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat (PATH, 2002).
Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan data WHO untuk tahun 2010 Rasio kematian ibu (MMR) selama kehamilan dan melahirkan atau dalam 42 hari setelah melahirkan, per 100.000 kelahiran hidup untuk negara Indonesia sebesar berkisar antara 140-380/100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk sesama negara ASEAN seperti Thailand berkisar antara 32-36/100.000 Kelahiran Hidup dan Malaysia 14-68/100.000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). 
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan maternitas retensio plasenta
2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada maternitas retensio plasenta.
b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan maternitas retensio plasenta.
c.       Dapat membuat perencanaan pada maternitas retensio plasenta.
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada maternitas retensio plasenta.  

C.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari retensio plasenta
2.      Apa etiologi dari retensio plasenta
3.      Bagaimana patofiologi dari retensio plasenta
4.      Apa saja gejala klinis dari retensio plasenta
5.      Apa saja komplikasi dari retensio plasenta
6.      Bagaimana penatalaksanaan pada pasien retensio plasenta
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada retensio plasenta











BAB II
TINJAUAN TEORI

1.      Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.  Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu.Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
 Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba, 2006)
Jika plasenta tidak keluar, berikan oksitosin 10 unit melalui IM jika plasenta laksanaan aktif kala tiga belum selesai dilakukan.Jangan memberikan ergometrin pada retensio plasenta karena ergometrin menyebabkan kontraksi uterus kuat sehingga memperlambatkan pengeluaran plasenta.Pastikan kandung kemih tetap kosong.Pasang kateter urine, jika perlu.Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit stimulasi oksitosin dan tarikan tali pusat terkontrol, upayakan pengeluaran plasenta secara manual. (hlm 312).
Catatan : jaringan yang sangat melekat mungkin merupakan plasenta akreta. Upaya pengeluaran plasenta yang tidak terlepasdapat menyebabkan perdarahan berat atau perforasi uterus yang biasnya memerlukan histerektomi.

2.      Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a.       Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus.Hal ini dapat terjadi karena (a) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan
(b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam.Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. 
b.      Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena
 (a) penanganan kala III yang keliru/salah dan
(b) terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
      Menurut Manuaba (2006) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:
a.       Grandemultipara dengan implantasi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta.
b.      Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

3.       Klasifikasi Retensio Plasenta
Menurut tingkat perlekatannya, retensio placenta dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut :
a.       Placenta Adhesiva; placenta melekat pada desidua endometrium lebih dalam 
b.      Placenta Inkreta; placenta melekat sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih dalam menembus desidua sampai miometrium.
c.       Placenta Akreta; placenta menembus lebih dalam kedalam miometrium tetapi belum mencapai lapisan serosa.
d.      Placenta Perkreta; placenta telah menembus mencapai serosa atau peritonium dinding rahim.
e.       Placenta Inkarserata; adalah tertahannya di dalam kavum uteri karena kontraksi ostium uteri.

4.       Patofisiologi
Dalam keadaan normal, desidua basalis terletak diantara miometrium dan plasenta Lempeng pembelahan bagi pemisahan plasenta berada dalam lapisan desidua basalis yang mirip spons.Pada plasenta acreta, desidua basilis tidak ada sebagian atau seluruhnya, sehingga plasenta melekat langsung pada miometrium, villi tersebut bisa tetap supervisiails pada otot uterus atau dapat menembus lebih dalam.Keadaan ini bukan terjadi karena sifat invasif trofoblast yang abnormal, melainkan karena adanya efek pada desisdua.

5.       Factor predisposisi
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah :
a.       Grandemultipara
b.      Kehamilan Ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas.
c.       Kasus inferilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d.      Plasenta previa, karena di bagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e.       Bekas operasi pada uterus.
6.       Gejala Klinis
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang..

7.       Komplikasi
a.       Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
b.      Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
c.       Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
d.      Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
e.       Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
f.       Sepsis adalah keadaan menyebarnya mikroorganisme pathogen atau toksinnya kedalam darah atau jaringan.
g.      Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perjusi organ.

8.       Pemeriksaan diagnostik
a.       Hitung darah lengkap :
Untuk menentukan tingkat hemoglogin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b.      Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

9.       Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
a.       Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b.      Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c.       Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d.      Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e.       Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
f.       Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g.      Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
h.      Lakukan tranfusi darah jika hasil pemeriksaan Hb kurang dari 8 gr/dL.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A.      PENGKAJIAN
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut :
a.        Identitas klien
1. Nama/Nama panggilan       :
2. Tempat tgl lahir/usia           :
3. Jenis kelamin                      :
4. A g a m a                            :
5. Pendidikan                         :
6. Alamat                                :
7. Tgl masuk                           :
8. Tgl pengkajian                    :
9. Diagnosa medik                 :
b.        Keluhan utama
Klien yang datang ke RS sakit biasanya mengalami perdarahan dan plasenta belum lahir.
c.        Riwayat kesehatan masa lalu
untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami operasi pada uterus atau tidak.
d.       Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ada yang mengalami penyakit seperti, jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi dan PMS atau tidak.
e.        Riwayat obstetric
menanyakan tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal atau tidak.
f.         Riwayat kegiatan sehari-hari :
1)      Sirkulasi :
-          Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
-          Pelambatan pengisian kapiler
-          Pucat, kulit dingin/lembab
-          Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
-          Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
-          Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2)      Eliminasi :
-          Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
3)      Nyeri/Ketidaknyamanan :
-          Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4)      Keamanan :
-          Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5)      Seksualitas :
-          Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan)
-          Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.
b.      Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital:
·         Tekanan darah: meurun
·         Nadi :meningkat
·         Pernafasan : meningkat
·         Suhu : menurun
pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).q
Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No
Tanggal Ditemukan
Tanggal Teratasi
Diagnose Keperawatan
1


Defist volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan darah melalui vaskuler yang berlebihan.
2


Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
3


Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia.
4


Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5


Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
D.     INTERVENSI  KEPERAWATAN
No
Diagnose keperawatan
Tujuan
Intervensi
1
Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan darah melalui vaskuler yang berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan defisit volume cairan teratasi dengan
Kriteria Hasil:
·         TTV dalam batas normal
·         Tidak ada tanda dehidrasi
·         Hb normal
NIC :
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·         Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
·         Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
·         Kolaborasi pemberian cairan IV
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan oral
·         Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
·         Atur kemungkinan tranfusi
·         Persiapan untuk tranfusi
·         Pasang kateter jika perlu
·         Monitor intake dan urin output setiap 8 jam



2
Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
·         NOC :
  • Pain Level,
  • pain control,
  • comfort level
kriteria Hasil:
·         nyeri terkontrol
·         nyeri berkurang ataupun hilang
·         TTV normal
·         Skala nyeri 0-2
NIC :
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
§ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
§ Tingkatkan istirahat
§ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
3
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia

NIC :
  • Monitor TTV
  • Monitor elektrolit
  • Monitor irama jantung
  • Catat intake dan output secara akurat
  • Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, sianosis, jaundice)
  • Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai order
  • Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan
  • Pasang NGT jika perlu
·         Monitor output gaster
4
Cemas berhubungan dengan perubahan status kkesehatan
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam klien mampu
NOC :
-          Kontrol kecemasan
-          Koping
Kriteria Hasil:
·         Mampu mengidentifikasi cemas
·         Cemas berkurang
·         Ekspresi tenang
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
·         Gunakan pendekatan yang menenangkan
·         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
·         Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
·         Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
·         Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
·         Dengarkan dengan penuh perhatian
·         Identifikasi tingkat kecemasan
·         Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
·         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
·         Kelola pemberian obat anti cemas:........

5
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam diharapkan tanda-tanda infeksi tidak ada
NOC :
·         Immune Status
·         Knowledge : Infection control
·         Risk control
Kriteria Hasil:
·         Tanda-tanda infeksi tidak ada
·         Jumlah leukosit dalam jumlah normal
·         Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
NIC :
·   Pertahankan teknik aseptif
·   Batasi pengunjung bila perlu
·   Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
·   Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
·   Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·   Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
·   Tingkatkan intake nutrisi
·   Berikan terapi antibiotik:.................................
·   Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·   Pertahankan teknik isolasi k/p
·   Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·   Monitor adanya luka
·   Dorong masukan cairan
·   Dorong istirahat
·   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·   Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam





BAB IV
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dalam penanganan retensio plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan harus bsa mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta lebih dari 30 menit dan hal ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa mencegah dengan melakukan upaya promisi dengan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim  dan mengganggu pelepasan plasenta.

2.Saran
Makalah ini ungkin msih luput dari kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan oleh penulis maka dari itu penulis mohon kiritik dan sarannya.